Kamis, 05 Maret 2009

KEMUHAMMADIYAHAN

Penyusun :

YUSUF FIRMANSYAH
NBM 935 138

Guru Ke-Muhammadiyahan
SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo



1. Dasar / Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Melaksanakan Firman Allah yang tercantum dalam Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 104 :

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Perbuatan ummat Islam banyak mengarah kepada tahayyul, bid’ah dan khurafat (TBC) yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Al Hadits
Belum berhasilnya pendidikan yang menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat
Kegiatan kristenisasi semakin kuat

2. Arti Muhammadiyah
a. Arti menurut bahasa : Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad dan mendapatkan tambahan “ya” nisbiah yang berarti pengikut, jadi arti Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad SAW.
b. Arti menurut Istilah : Gerakan Islam Da'wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang berazaskan Islam berlandaskan kepada Al Qur’an dan As-Sunnah yang bertujuan Mewujudkan Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya di Ridhoi oleh Allah SWT.

3. Pendiri Muhammadiyah
Pendiri Muhammadiyah adalah KH Ahmad Dahlan. Didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912 M. bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H di Jogjakarta.

4. Tujuan Organisasi Muhammadiyah
Menegakkan dan menjunjung tinggi perintah agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama yang adil, makmur dan diridloi oleh Allah SWT.
Setelah Muktamar Muhammadiyah ke 45, tujuan organisasi kembali kesemula yaitu Terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

5. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
a. Muhammadiyah sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW
Landasan yang digunakan Muhammadiyah untuk mencontoh Rasulullah adalah firman Allah :
21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik.
b. Contoh Ciri Muhammadiyah sebagai gerakan Islam
Memberikan masukan kepada Pemerintah, melakukan pengembangan Islam dalam masyarakat seperti memberikan pendidikan Islam, melakukan kegiatan keIslaman, membantu fakir miskin dll.

6. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Sesuai dengan Anggaran Dasar Muhammadiyah BAB III pasal 6, maksud dan tujuan didirikannya Muhammadiyah adalah Menegakkan dan Menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnnya.
- Menegakkan dan Menjunjung tinggi Agama Islam :
a. Melaksanakan seluruh ajaran Islam secara murni yang sesuai dengan sumber aslinya yaitu Al Qur’an dan As-Sunnah
b. Melaksanakan Islam dalam kehidupan sehari-hari seperti sholat dengan baik, puasa, zakat dan sebagainya dengan benar.
- Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah masyarakat Islam seperti zaman Rosul. Masyarakat Islam yang dalam kehidupannya melaksanakan Islam dengan benar dan diridhoi Allah Swt, sehingga akan tercipta Baldatun Toyyibatun Wa Robbun Ghofur.

7. Da’wah yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah :
Da’wah Bil Lisan adalah da’wah yang dilakukan dengan perkataan dan ucapan, contoh pengajian, khutbah, kultum dsb.
Da’wah Tulisan adalah da’wah yang dilakukan dengan tulisan, contoh menerbitkan majalah Suara Muhammadiyah (diterbitkan PPM), MATAN (diterbitkan PWM), Buku Pedoman Islami Warga Muhammadiyah (diterbitkan PPM) dsb.
Da’wah Bil Hal yaitu da’wah yang dilakukan melalui perbuatan nyata, contoh kerja bakti, menyapu halaman, sholat tepat waktu dsb.

8. Muhammadiyah sebagai Gerakan Pemurnian Islam
yang disebut memurnikan Islam adalah kembali melaksanakan dan mengamalkan Islam sesuai dengan dasarAl Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Keadaan Umat Islam dulu yang diperbaharui oleh Muhammadiyah dikenal dengan istilah TBC, yaitu : Tahayyul, Bid’ah dan Churafat.

Tahayyul
Meyakini adanya tuah dari benda-benda tertentu, seperti burung gagak berarti akan ada kematian, menabrak kucing pasti nanti akan terjadi musibah dsb.

Bid’ah
Melakukan ibadah yang tidak ada tuntunannya, seperti selamatan pada 1, 3, 7 atau 40 bahkan 100 hari kematian seseorang dsb.

Churafat
Melarung makanan ke sungai untuk mendapat keselamatan, misal nyadran dsb

Ket.
- Animisme adalah kepercayaan pada adanya Ruh, seperti percaya dengan adanya kekuatan Nyi Roro Kidul dsb.
- Dinamisme adalah kepercayaan akan adanya kekuatan-kekuatan Ruh atau benda, seperti percaya pada kekuatan pohon besar, keris, batu akik dsb

9. Muhammadiyah dalam Pembaharuan Pendidikan
- Majelis Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan Menengah) bertugas menangani SD, SMP dan SMA Muhammadiyah.
- Majelis Dikti (Pendidikan Tinggi) bertugas menangani Perguruan Tinggi (PT) dan Universitas Muhammadiyah.
Maksud agar lulusan sekolah-sekolah Muhammadiyah adalah agar menjadi anak pandai juga menjadi anak yang beriman dan bertaqwa sesuai dengan ajaran Islam dan Islam yang diajarkan sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Sunnah Rosulullah SAW.

Jadi yang melakukan pembaharuan di Indonesia adalah KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).

10. Usaha Muhammadiyah dalam Prinsip Tolong Menolong
Dasarnya adalah QS Al Maidah ayat 2
2. dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

Majelis yang menangani adalah MKKM (Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat)
Bidang yang ditangani oleh Majelis ini adalah anak-anak terlantar, anak-anak yatim, lanjut usia (lansia) dan juga mendirikan beberapa tempat pengobatan diantaranya Rumah Sakit, Balai Pengobatan (BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), maupun berupa klinik-klinik kesehatan.

11. Struktur Organisasi Muhammadiyah secara Vertikal
- PPM (Pimpinan Pusat Muhammadiyah) setingkat dengan Negara/Nasional.
Ketua Prof DR H Dien Syamsuddin, MA (melalui MUKTAMAR)
- PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah) setingkat dengan Propinsi
Ketua Prof DR H Syafiq A Mughni, MA (Jatim) (melalui MUSYWIL = Musyawarah Wilayah)
- PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) setingkat dengan Kabupaten/Kota Madya.
Ketua Drs. H Abubakar Ahmad (Sidoarjo) (melalui MUSYDA = Musywarah Daerah)
- PCM (Pimpinan Cabang Muhammadiyah) setingkat dengan Kecamatan
(melalui MUSYCAB = Musyawarah Cabang)
- PRM (Pimpinan Ranting Muhammadiyah) setingkat dengan Desa/Kelurahan.
(melalui MUSYRAN = Musyawarah Ranting)

Struktur Organisasi Muhammadiyah secara Horisontal
- Majelis Tabligh dan Da’wah khusus (MTDK). Tabligh = Menyampaikan
Bentuk kegiatan : pengajian, ceramah, khutbah, berdiskusi, sarasehan, siaran-siaran melalui selebaran, bacaan-bacaan, majalah dsb.
- Majelis Tarjih dan Tajdid. Tarjih = menyaring atau menyeleksi.
Bentuk kegiatan : menyeleksi atau menyaring kembali hukum Islam yang sudah berjalan.
- Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen).
Tujuan Pendidikan Muhammadiyah adalah Mewujudkan manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri sendiri serta berguna bagi Masyarakat dan Negara.
Bentuk kegiatan : Mendirikan lembaga pendidikan (SD, SMP dan SMA Muhammadiyah).
Yang bertanggung jawab terhadap lembaga pendidikan dari SD, SMP dan SMA Muhammadiyah adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM)
- Majelis Pendidikan Tinggi.
Bentuk kegiatan : Mendirikan Perguruan Tinggi atau Universitas Muhammadiyah.
Yang bertanggungjawab adalah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM).
- Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat.
Bentuk kegiatan : mendirikan panti asuhan, Balai Pengobatan (BP), BKIA, Rumah Sakit, Panti Jompo, Poliklinik dsb yang bersifat sosial.
- Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan.
Bentuk kegiatan : Mengadakan pembinaan sebagai pengusaha (entrepreneur), mengelola koperasi Muhammadiyah dsb.
- Majelis Wakaf dan Zis (Zakat, Infaq dan Shodaqoh).
Bentuk kegiatan : Mengurus harta waqaf, zakat, infaq, shodaqoh serta mendorong warga Muhammadiyah dan umat Islam agar senang memberi waqaf dan juga berzakat ataupun Shodaqoh dan berinfaq
- Majelis Pendidikan Kader (MPK). Kader = generasi penerus dimasa depan dan siap untuk menggantikan pemimpin-pemimpin yang telah lalu.
Bentuk kegiatan : Melaksanakan program pengkaderan secara formal untuk pimpinan Muhammadiyah dan anggotanya.
- Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup.
Bentuk kegiatan : mengadakan pembinaan dan pengembangan program-program pemberdayaan masyarakat buruh, tani, nelayan dan anak terlantar.
- Lembaga Seni dan Budaya.
Bentuk kegiatan : menggerakkan kegiatan kesenian di daerah-daerah dengan memanfaatkan kemampuan budaya daerah tersebut sebagai sarana da’wah budaya yang Islami.
- Lembaga Pustaka dan Dokumentasi.
Bentuk kegiatan : penerbitan buku, karya tulis, media massa Muhammadiyah, penyiaran dan perpustakaan.
- Lembaga Penelitian dan Pengambangan (Litbang).
Bentuk kegiatan : Melakukan penelitian terhadap persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat, kemudian persoalan itu menjadi masukan bagi Muhammadiyah.

Pengertian :
Majelis adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pokok Muhammadiyah.
Lembaga adalah unsur pembantu pimpinan yang menjalankan tugas pendukung Muhammadiyah.


Tugas dan Wewenang Pimpinan Pusat Muhammadiyah :
Menetapkan kebijakan Muhammadiyah berdasarkan keputusan Muktamar dan Tanwir serta memimpin dan mengendalikan pelaksanannya.
Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang bagi para anggotanya
Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta kegiatan Wilayah
Membina, membimbing, menyatukan kegiatan unsur pembantu pimpinan dan organisasi otonom tingkat pusat.

13. Syarat menjadi anggota Muhammadiyah
a. Beragam Islam
b. Warga Negara Indonesia
c. Berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah
d. Ikhlas berjuang dan mendukung tujuan Muhammadiyah
e. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah.

14. Sistem Kepemimpinan

Sistem kepemimpinan di dalam Muhammadiyah bersifat kolegial yang artinya dipimpin bersama-sama oleh beberapa orang pimpinan.

15. Struktur Organisasi Muhammadiyah
Secara vertikal yaitu susunan Pimpinan bertingkat dari atas ke bawah :
a) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PPM), tingkat Nasional
b) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM), setingkat dengan Propinsi
c) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), setingkat dengan Kabupaten
d) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM), setingkat dengan Kecamatan
e) Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM), setingkat dengan desa/kelurahan

Secara horisontal yaitu bertugas sebagai Badan Pembantu Pimpinan harian. Untuk tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah dan Cabang memakai istilah Majelis, kecuali Ranting istilahnya adalah Bagian. (lihat no 11)

16. Permusyawaratan
Musywarah adalah pembahasan masalah-masalah yang yang diperlukan untuk mendapatkan pemufakatan (kesepakatan). Hasil musyawarah disusun secara tertib dan sistematis untuk dijadikan program kerja.
Adapun permusyawaratan di Muhammadiyah antara lain :
Muktamar adalah musyawarah tertinggi Muhammadiyah tingkat nasional yang diadakan 5 tahun sekali
Tanwir adalah Musyawarah tertinggi di bawah Muktamar membahasa konsep yang akan dibawah ke Muktamar dan diadakan minimal 3 kali dalam 1 (satu) periode.
Musyawarah Wilayah (Musywil) adalah musyawarah setingkat Propinsi yang diadakan 5 tahun sekali.
Musyawarah Daerah (Musyda) adalah musyawarah setingkat Kabupaten yang diadakan selama 5 tahun sekali.
Musyawarah Cabang (Musycab) adalah musywarah setingkat Kecamatan yang diadakan selama 5 tahun sekali.
Musyawarah Ranting (Musyran) adalah musyawarah setingkat Desa/Kelurahan yang diadakan selama 5 tahun sekali.
Permusyawaratan ini dilaksanakan secara berurutan dari Muktamar sampai ke Musyran (Musyawarah Ranting)
Kalau ada permasalahan penting dan bersifat segera, maka Pimpinan Pusat dapat mengadakan Muktamar Luar Biasa (MLB).

17. Keuangan
Sumber keuangan organisasi :
a. Uang pangkal
b. Uang iuran
c. Sumbangan Wajib Organisasi
d. Zakat, Infaq, Waqaf, Hibah dan Wasiat
e. Usaha-usaha perekonomian Muhammadiyah.
f. Sumber lain yang halal

18 Ortom (Organisasi Otonom) Muhammadiyah

19. Semboyan, Maksud dan Tujuan ortom
- ‘Aisyiyah :
Maksud dan tujuan : Maksud adalah untuk mendampingi Muhammadiyah dalam mengurus kaum putri dan kaum Ibu, sedang tujuan adalah menggerakkan kaum wanita Islam dan memberikan lapangan beramal seluas-luasnya.

- NA :
Semboyan : Al Birru Manittaqo artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu waspada
Maksud dan tujuan : termaktub pada anggaran Dasar NA pasal 4 berbunyi : terbentuklah pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, bangsa dan negara serta menjadi pelopor, pelangsung dan penyempurna gerakan Muhammadiyah.

- Pemuda Muhammadiyah :
Semboyan : Fastabikhul Khairat artinya Berlomba-lombalah dalam kebaikan
Maksud : untuk menggali dan menyalurkan kemampuan yang ada dalam Muhammadiyah

- Ikatan Remaja Muhammadiyah
Semboyan : Nun wal qolami wamaa yasturuun artinya Demi pena dan apa saja yang ditulisnya.
Maksud dan Tujuan : Maksud adalah Mengenalkan tentang organisasi Muhammadiyah dan mengenal amal usaha Muhammadiyah dengan baik, tujuan adalah sebagai kader pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.

- Tapak Suci Putra Muhammadiyah
Semboyan : dengan Iman dan Akhlak kami menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak kami menjadi lemah.
Maksud dan Tujuan : Maksud adalah memberikan keaktifan jasmani kepada putra-putri Muhammadiyah, tujuan adalah untuk mendidik dan membina ketangkasan dan ketrampilan bela diri dikalangan pemuda Muhammadiyah yang sesuai dengan ajaran Islam dan tujuan Muhammadiyah.

- IMM
Semboyan : Fastabikhul Khairat artinya Berlomba-lombalah dalam kebaikan
Maksud dan Tujuan : Maksud adalah menghimpun Mahasiswa sebagai kader Islam, tujuan terbentuknya cendekiawan muslim untuk mengamalkan usaha Muhammadiyah.


20 Lambang Ortom
Lambang organisasi ‘Aisyiyah sama dengan lambang Muhammadiyah, yaitu matahari.

Keterangan lambang :
Matahari bersinar warna putih di atas dasar hijau dikelilingi dua kalimah syahadat dan nama Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di tengah.

Arti dan maksud :
Warna putih : kesucian, kebenaran
Warna hijau : kesuburan, kemakmuran dan kesejahteraan
Matahari : memancarkan cahaya menyinari alam semesta
Dua kalimah syahadat : perjuangan Muhammadiyah berdasarkan Islam (tauhid)
Muhammadiyah : diambil dari Muhammadiyah, yang berasal dari kata Muhammad, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad dan mendapatkan tambahan “ya” nisbiah yang berarti pengikut, jadi arti Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad SAW.
‘Aisyiyah : ‘Aisyiyah berasal dari kata ‘Aisyah, yang dimaksud adalah nama dari salah satu istri Nabi Muhammad dan ditambah dengan “ya” nisbiah yang berarti pengikut. Jadi ‘Aisyiyah berari pengikut Siti ‘Aisyyah ra.

12 sinar matahari : bermakna 12 langkah Muhammadiyah
12 langkah Muhammadiyah adalah ajaran dari Bapak KH Mas Mansyur, yaitu :
1. Mempertebal Iman danTauhid
Memperluas faham agama
Memperbuah budi pekerti
Menuntun self koreksi
Menguatkan persatuan
Menegakkan keadilan
Melakukan kebijaksanaan
Menggiatkan kerja
Menguatkan Majlis Tanwir
Memusyawarahkan keputusan
Memelihara gerakan ke dalam
Mempererat gerakan ke dalam

a. Hizbul Wathan

Berdiri pada tahun 9 Maret 1918b. Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA)

Seuntai padi yang berisi 12 butir, bertangkai 4 helai daun hijau yang ditegakkan di atas pita dengan semboyan “Al Birru Manitaqa” artinya kebajikan itu bagi orang yang selalu bertaqwa.
Daun artinya tumbuh sebelum patah berganti sebelum hilang
Makna lambang padi yang bernas, semakin berisi, semakin merunduk. Jauh dari sifat sombong dan ujub.
12 butir padi menunjukkan 12 langkah Muhammadiyah yang telah digariskan oleh KH. Mas Mansyur.

c. Pemuda Muhammadiyah

- Keterangan lambang :
· Bunga Melati, lambang kecintaan dan keharuman
· Satu tangkai melati bermakna Ketauhidan
· Enam kelopak bunga : enam rukun Iman
· Lima daun bunga : lima rukun Islam
· Dua lembar daun : dua Kalimat Syahadat
· Pita : kegembiraan beragama
· Tulisan “Fastabikhul Khairat”
artinya : berlomba-lombalah beramal kebaikan

d. Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)

- Warna
· Warna kuning emas: lambang keluhuran
· Warna putih : lambang kesucian
· Warna Merah : lambang keberanian
· Warna hijau : lambag kesuburan
· Warna hitam : lambang keabadian

- Bentuk
Segilima memanjang berbentuk pena dan runcing dibawah
- Makna Lambang
· Matahari dengan sinar kuning bermakna ke Tuhanan (tauhid)
· Buku berwarna putih dalam lingkaran matahari bermakna berilmu dan berkeyakinan
· Ayat suci Al Qolam (Nuun wal qolami wamaan Yasturun) menyelinap di tengah sinar matahari terletak di bawah lingkaran, artinya : “Demi Pena dan apa saja yang ditulisnya”.
· Huruf IRM dengan warna merah terletak di bawah matahari (identitas pelajar Muhammadiyah berdasar Islam)
e. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

- Lambang Tapak Suci
· Bentuk bulat : Bertekat bulat
· Dasar biru : Keagungan
· Bertepi hitam : Kekal
· Bunga Mawar : Keharuman
· Warna Merah : Keberanian
· Dua Kelopak : Kesempurnaan
· Ibu jari tertekuk : Kerendahan diri
· Sinar Matahari : Putra Muhammadiyah
· Bunga Melati putih : Lambang kesucian
· Sebelah Melati putih : Rukun Iman dan Rukun Islam
· Tangan kanan : Keutamaan
· Tangan terbuka : Kejujuran
· Berjari rapat : Kekerabatan

f. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)

- Bentuk Lambang
· Perisai berbentuk pena (bermakna ilmu dan iman)
· Gambar melati bertuliskan “Fastabikhul Khairat”
· Di bawah melati tampak gambar Matahari terbit
- Warna Lambang :
· Hitam : Keabadian
· Merah : Keberanian
· Kuning emas : Ke Tuhanan
· Hijau : Kesuburan

20. Perjalanan Sejarah Muhammadiyah
1. KH. AHMAD DAHLAN
PENDIRI PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH
Ahmad Dahlan yang waktu mudanya bernama Muhammad Darwis, lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di Kampung Kauman Yogyakarta. Ayahnya seorang alim bernama Kyai Haji Abubakar bin Kyai Haji Sulaiman, pejabat Khatib di masjid besar Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim bin Kyai Haji Hassan, pejabat penghulu kesultanan.
Ahmad Dahlan tidak mengenyam pendidikan formal, sebab orang-orang Islam melarang anaknya masuk sekolah Gubernemen Belanda. Ia didik Ayahnya sendiri selanjutnya mengaji Bahasa Arab, Tafsir, Hadits dan Fiqih kepada Ulama-ulama di Yogyakarta.
Dua kali di Makkah belajar pada Syekh Ahmad Chatib, belajar Ilmu Tahuhid, Fiqih, Tasawuf, Falah dan yang menarik hatinya adalah Tafsir Al-Manar karya Muh. Abduh. Keprihatinan Ahmad Dahlan melihat pengalaman Islam di Indonesia sehingga ia bertekad untuk bekerja keras mengembalikan Islam sebagaimana landasan aslinya yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Hal in nampak seperti apa yang dikatakannya :
Saya mesti bekerja keras, untuk meletakkan batu pertama daripada amal yang besar ini. Kalau sekiranya saya lambatkan atau saya hentikan lantaran sakitku ini maka tidak ada orang yang sanggup meletakkan dasar itu. Saya sudah merasa bahwa umur saya tidak akan lama lagi. Maka jika saya sedikit itu, mudahlah yang dibelakang nanti untuk meyempurnakannya.
Untuk mewujudkan cita-citanya KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1912.
Kerja keras KH. Ahmad Dahlan mendapat pengakuan Pemerintah RI sebagaimana tertera dalam Surat Keputusan Presiden No. 657 Tahun 1961 menetapkan KHA. Dahlan sebagai Pahlawan Nasional, Dasar dan Penetapan ini adalah :
1. KH. Ahmad Dahlan telah memelopori kebangunan Umat Islam Indonesia untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.
2. Dengan Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya telah memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan dan beramal bagi masyarakat dan umat dengan dasar iman dan islam.
3. Dengan Organisasinya Muhammadiyah telah memelopori amal-amal sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangunan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam.
4. Dengan Organisasinya Muhammadiyah bagian wanita telah memelopori kebangunan wanita bangsa Indonesia untuk mengecap pendidikan dan sosial.
Sebelum wafatnya KHA. Dahlan berpesan kepada kita :
“ AKU TITIPKAN MUHAMMADIYAH KEPADAMU”.

2. K.H. IBRAHIM
PERIODE : 1923 – 1934
KH. Ibrahim dilahirkan di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 7 Mei 1874, Ia adalah putra dari KH. Fadlil Rachmaningrat, seorang penghulu Hakim Negeri Kesultanan Yogyakarta pada Zaman Sultan Hamengkubuwono ke VII, dan ia merupakan adik kandung Nyai Ahmad Dahlan.
Ngaji Al Qur’an sejak usia 5 tahun. Pada usia 17 tahun ke Makkah menunaikan ibadah haji dan selanjutnya menuntut ilmu selama kurang lebih 8 tahun. Sepulang dari Mekkah dikenal sebagai ulama besar yang cerdas.
Bulan Maret 1923 kala Rapat Tahunan (Kongres), KH. Ibrahim dipilih dipilih sebagai pengganti Bapak KH. Ahmad Dahlan dan selanjutnya kali berturut-turut Rapat Tahunan (Kongres) memilih beliau.
Selama kepemimpinan beliau Muhammadiyah berkembang pesat ke seluruh Indonesia terutama di bidang Pendidikan dan pada awal tahun 1934 di usia ke 46 tahun beliau wafat.

3. K.H. HISYAM
PERIODE 1934-1936
KH. Hisyam lahir di kampung Kauman Yogyakarta tanggal 10 Nopember 1883 dan wafat pada tanggal 20 Mei 1945. Ia memipin Muhammadiyah selama tiga periode yaitu hasil Kongres Muhammadiyah ke 23 di Yogyakarta, Kongres ke 24 di Banjarmasin dan Kongres ke 25 di Batavia (Jakarta) pada tahun 1936.
Yang paling menonjol pada diri nHisyam adalah ketertiban administrasi dan manajemen organisasi pada zamannya. Pada periode kepemimpinannya, titik perhatian Muahammadiyah lebih banyak diarahkan pada masalah pendidikan dan pengajaran, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Pada periode Hisyam Muhammadiyah sudah memiliki 103 Volkschool, 47 Standaardschool, 69 Hollands Inlandse School (HIS), dan 25 Schakelschool, sekolah-sekolah Muhammadiyah saat itu merupakan salah satu pendidikan yang didirikan pribumi yang dapat menyamai kemajuan pendidikan sekolah-sekolah Belanda, sekolah-sekolah Katolik dan sekolah-sekolah Protestan.

4. K.H. MAS MANSUR
PERIODE 1937-1942
Mas Mansur lahir pada hari Kamis tanggal 25 Juni 1896 di Surabaya, Ibunya bernama Raudhah seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya. Ayahnya bernama KH Mas Ahmad Marzuqi, seorang pioneer Islam, ahli Agama yang terkenal di Jawa Timur yang berasal dari keturunan Bangsawan Astatinggi Sumenep Madura dan dikenal sebagai Imam tetap dan Khotib Masjid Agung Ampel Surabaya.
Sejak kecil KH. Mas Mansur belajar di Pesantren Sidoresmo. Tahun 1906 pada usia 10 tahun dikirim ayahnya ke Pesantren Demangan Bangkalan Madura, dua tahun kemudian dia dikirim ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji dan belajar agama selama lebih kurang 4 (empat) tahun. Kemudian dia meneruskan pendidikan di Mesir dan sebelum kembali di Indonesia pada tahun 1915 dia singgah ke Makkah selama 1 tahun.
Tahun 1921 Mas Mansur masuk Organisasi Muhammadiyah. Tahap demi tahap dilalui dengan mantap. Setelah menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, kemudian menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah JATIM. Kehadiran Mas Mansur membawa angin segar di tubuh Muhammadiyah yang pada saat itu kaum muda Muhammadiyah menghendaki perubahan di kepengurusan Muhammadiyah yang didominasi kaum tua. Kongres Muhammadiyah ke 26 di Yogyakarta tahun 1937 telah menetapkan KH. Mas Mansur sebagai ketua PB. Muhammadiyah.
Kecintaan pada tanah air tercermin di lembaga-lembaga yang didirikan antara lain : Nadhlatul Al Wathan, Khitab Al Wathan, Ahl Al Wathan, Faru’ Al Wathan dan Hidayah Al Wathan. Tokoh Nasional yang terkenal yaitu empat serangkai mereka adalah : Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mas Mansur.
Di tengah pecahnya perang kemerdekaan yang berkecamuk itulah, Mas Mansur meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 1946. jenazahnya dimakamkan di Gipo Surabaya. Atas jasa-jasanya, oleh Pemerintah Republik Indonesia ia diangkat sebagai Pahlawan Naional bersama teman seperjuangannya, yaitu KH. Fakhruddin.

5. KI BAGUS HADIKUSUMO
PERIODE 1942-1953
Dilahirkan di kampung Kauman Yogyakarta dengan nama R. Hidayat pada 11 Rabi’ul Akhir 1038 Hijriyah. Sekolahnya tidak lebih dari sekolah rakyat (sekarang SD) ditambah mengaji dan besar di Pesantren. Tetapi berkat kerajinan dan ketekunan mempelajari kitab-kitab terkenal akhirnya menjadi orang alim, muballigh dan pemimpin Muhammadiyah yang besar andilnya dalam penyusunan Muqaddimah UUD 1945. Yaitu pokok-pokok pikirannya dengan memberikan landasan Ketuhanan, Kemanusiaan, Keberadaban dan Keadilan. Ki Bagus juga sangat produktif untuk menuliskan buah pikirannya. Buku karyanya antara lain Islam sebagai Dasar Negara dan Akhlak Pemimpin, Risalah Katresnan Djati (1935), Poestaka Hadi (1936), Poestaka Islam (1940), Poestaka Ichsan (1941) Poestaka Imam (1954), dll. Dari buku-buku karyanya tersebut tercermin komitmennya terhadap etika dan bahkan juga syarat Islam.
Ki Bagus Hadiusumo berani menentang perintah pimpinan tentara Dai Nippon yang terkenal ganas dan kejam untuk memerintahkan ummat Islam dan Warga Muhammadiyah melakukan upacara kebaktian tiap pagi sebagai penghormatan kepada Dewa Matahari.
Ia menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah selama 11 tahun (1942-1953) dan wafat pada usia 64 tahun. Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia.

6. BUYA A.R. SUTAN MANSYUR
PERIODE 1953-1959
Ranah Minang pernah melahirkan salah seorang tokoh besar Muhammadiyah, yaitu Ahmad Rasyid Sutan Mansur. Ia lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada Ahad malam senin 26 Jumadil Akhir 1313 Hijriyah yang bertepatan dengan 15 Desember 1895.
Ahmad Rasyid masuk sekolah di Inlandshe School (IS) pada tahun 1902-1909, sedangkan pendidikan agama semasa kecil langsung ditangani kedua orang tuanya, selanjutnya dia menimba ilmu agama kepada Ulama besar seperti : Dr. Abu Hanifah, Dr. Abdul Karim Amrullah, Haji Rasul (1910-1917), ia belajar tauhid Bahasa Arab, Ilmu Kalam, Mantiq, Tarikh, Tasawuf, Al Qur’an, Tafsir dan Hadits.
Keinginannya belajar ke Kairo batal karena dilarang Pemerintah Koonial Belanda, lalu ia ke Pekalongan untuk berdagang dan jadi guru agama dan Muballigh. Di Kota Pekalongan inilah berinteraksi dengan Bapak KH. Ahmad Dalan dan dengan suka cita masuk anggota Muhammadiyah yang selanjutnya tahun 1923 ia menjadi Ketua Cabang Muhammadiyah Pekalongan. Tahun 1931 Sutan Mansur dikukuhkan sebagai konsul Muhammadiyah (pimpinan wilayah) Sumatera Barat.
Tahun 1938 saat Bung Karno diasingkan di Bengkulu, Sutan Mansur diangkat sebagai Penasehat Agama Bung karno, Wakil Presiden M. Hatta mengangkatnya menjadi Imam Tentara dengan pangkat Mayor Jenderal Tituler. Permintaan Pemerintah agar supaya Sutan Mansur sebagai Penasehat TNI AD berkantor di MBAD Jakarta dan permintaan Presiden Sukarno untuk ke Jakarta sebagai Penasehat Presiden ditolak karena ia harus keliling Sumatera untuk Tabligh.
Dua periode Sutan Mansur menjabat Ketua PB. Muhammadiyah (1953-1956) dan (1956-1959). Buya H.A. Achmad Rasyid Sutan Mansur wafat senin tanggal 25 Maret 1985/3 Rajab 1405 di Jakarta pada usia 90 tahun, Buya Hamka menyebutnya sebagai Ideolog Muhammadiyah dan M. Yunus Anis dalam salah satu Kongres Muhammadiyah menyatakan bahwa di Muhammadiyah ada 2 bintang : Bintang Timur adalah KH. Mas Mansur, Surabaya dan Bintang Barat adalah AR. SUtan Mansur.

7. HM. YUNUS ANIS
PERIODE 1959 -1962
KH. Yunus Anis lahir di Kauman Yogyakarta tanggal 3 Mei 1903 yang masih ada hubungan kerabatan dengan Sultan Mataram. Sejak kecil dididik agama oleh kedua orang tua dan datuknya sendiri.
Pendidikan formalnya Sekolah Rakyat di Yogyakarta dilanjutkan ke sekolah Al-Atas dan sekolah Al-Irsyad di Batavia (Jakarta) yang dibimbing oleh Syekh Ahmad Syurkati kawan seperjuangan KH. Ahmad Dahlan.
Tahun 1924 – 1926 menjabat Pengurus Cabang Muhammadiyah Batavia. Tahun 1934 – 1936 dan 1953 – 1958 menjabat Sekretaris Umum PP. Muhammadiyah. Karena kemampuannya dalam bidang agama, TNI mengangkatnya sebagai Imam Tentara (Kepada Pusroh ADRI).
Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta memilih KH. Yunus Anis sebagai Ketua PP. Muhammadiyah.

8. AHMAD BADAWI
PERIODE 1962 – 1968
Ahmad Badawi lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 5 Pebruari 1902, Ayahnya KH. Fakih adalah keturunan dari Panembahan Senopati, sedangkan ibunya Nyai Siti Habibah adalah adik kandung KH. Ahmad Dahlan.
Pendidikan formalnya hanya di Madrasah Muhammadiyah Yogyakarta, sedangkan pendidikan agama selain dari orang tuanya sendiri banyak diperoleh di pondok-pondok yang antara lain :
· 1908 – 1913 di Lerab Karang Anyar, Imu Nahwu Sharaf.
· 1913 – 1915 di Termas Pacitan, pada KH. Dimyati.
· 1915 – 1920 di Busuk Wangkul Pasuruan.
· 1920 – 1921 di Pandean Semarang.
Di bidang Tabligh A. Badawi sangat berprestasi sehingga pada tahun 1933 dipercaya menjadi ketua Majlis Tabligh PP. Muhammadiyah. A. Badawi terpilih menjadi ketua PP. Muhammadiyah pada Muktamar ke 35 di Jakarta untuk periode 1962 – 1965 dan terpilih kembali pada Muktamar ke 36 untuk periode 1965 – 1968.
Di era kepemimpinan Badawi Muhammadiyah dan Partai Masyumi menjadi target PKI untuk dihancurkan, tapi kepiawaian Badawi melobi dan pendekatan kepada Sorkarno sehingga sejak 1963 Badawi diangkat menjadi Penasehat pribadi Presiden di bidang Agama.
Bahkan keberadaan Muhammadiyah sangat dibutuhkan Soekarno sebagai Balance of Power Policy dari PNI, PKI dan NU yang dirasanya lebih dekat.
Sisi lain dari kemampuannya sebagai pemimpin. Badawi juga produktif menulis barbagi buku /kitab, Badawi meninggal pada hari Jum’ah 25 April 1969 di RS PKU Muhammadiyah yang masih berstatus anggota DPA.
9. KH. FAQIH USMAN
PERIODE 1968 – 1969
KH. Faqih Usman, lahir di Gresik Jatim pada tanggal 2 Maret 1904. semasa kecil ayahnya selalu mengajari Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Umum. Menginjak remaja ia belajar di Pondok Gresik (1914-1918), selanjutnya ke Pondok–pondok di luar Kota Gresik (1918-1924). Faqih Usman dikenal memiliki Entreupreneurship yang kuat, usaha bisnisnya cukup berhasil; penyediaan alat-alat bangunan, galangan kapal, tenun dll. Faqih Usman menjabat sebagai ketua Majlis Tarjih Muhammadiyah Jawa Timur periode 1932-1936. Pada saat KH. Mas Mansur di pilih menjadi ketua PP. Muhammadiyah pada tahun 1936, KH. Faqih Usman menggantikannya menjadi Konsul Muhammadiyah Jawa Timur. Faqih Usman juga banyak terlibat gerakan-gerakan Islam ataupun kemasyarakatan yang antara lain :
· Tahun 1937 Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI).
· Tahun 1940-1942 Anggota Dewan Kota Surabaya.
· Tahun 1945 Anggota Komite Nasional Pusat dan Ketua Komite Nasional Surabaya.
· Tahun 1959 menerbitkan majalah Panji Masyarakat bersama HAMKA dll.
Ikut aktif dalam mendirikan partai MASYUMI pada tanggal 7 Nopember 1945 di Yogyakarta dan Tahun 1952 menjabat ketua II partai MASYUMI hingga MASYUMI bubar tahun 1968.
Karena kemampuan KH Faqih Usman jualah, pemerintah mempercayakannya untuk memimpin Departemen Agama tahun 1950. Tahun 1951 diangkat menjadi Kepala Jawatan Agama Pusat tanggal 3 April 1952 dipercaya kembali sebagai Menteri Agama pada masa Kabinet Wilopo.
Kepribadian Muhammadiyah adalah hasil rumusan KH. Faqih Usman pada periode kepengurusan KH Ahmad Badawi yang diterima dan disyahkan dalam Muktamar ke 35 tahun 1962 di Jakarta. KH. Faqih Usman terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar Muhammadiyah ke 37 tahun 1968 di Yogyakarta. Namun hanya beberapa hari saja jabatan itu diembannya sebab pada tanggal 3 Oktober 1968 ia berpulang ke Rahmatullah, selanjutnya pimpinan dipegang KH. AR Fachrudin.

10. KH. ABDUR ROZZAQ FACHRUDDIN
PERIODE 1968 – 1990
KH. Abdur Rozzaq Fachruddin yang terkenal dengan panggilan pak AR adalah pemegang rekor paling lama memimpin Muhammadiyah yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Ia lahir tanggal 14 Pebruari 1916 di Cilangkap, Purwaringan, Pakualaman Yogyakarta.
Pendidikan formalnya : Standaard School (SD) Yogyakarta, Madrasah Muallimin Muhammadiyah Kulon Progo, menimba ilmu kepada para kyai diantaranya KH. Fachruddin ayahnya sendiri, KH. Abdullah Rosad dan KH Abu Amar. Selanjutnya Madrasah Darul Ulum Muhammadiyah Sewugalur dan sekolah Madrasah Tabligh School Muhammadiyah. Selepas sekolah langsung mengemban tugas dakwah/guru dari Hoofdbestuur Muhammadiyah ke berbagai daerah di Sumatera.
Mendirikan sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah setingkat SMP di Ogan Komiring. Sekolah yang sama didirikan di Musi Hilir (1941). Se sungai Gerong Palembang, selanjutnya ia kembali ke Yogyakarta.
Pak AR adalah ulama besar yang berwajah sejuk dn bersahaja, banyak karya tulisnya yangtelah dibukukan antara lain : Naskah Kesyukuran, Naskah Entheng, Serat Kaweruh, Islam Kawedar, upaya mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan amal, pemikiran dan da’wah Islam, Syahadatain Kawedar, tanya jawab Entheng-enthengan dan Tuntunan Sholat Basa Jawi, kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits, Khutbah Nikah dan terjemahannya, Pilihlah Pimpinan Muhammadiyah yang tepat, Sarono Entheng-enthengan Pancasila, Ruh Muhammadiyah dengan harapan supaya ada alih generasi yang sehat. Pak AR wafat 17 Maret 1995 di rumah Sakit Islam Jakarta pada usia 79 tahun.

11. KH. AHMAD AZHAR BASYIR
PERIODE : 1990 – 1995
PP. Muhammadiyah periode KHA. Azhar Basyir, MA (1990-1995) didominasi para intelektual produk Muhammadiyah, KHA. Azhar Basyir MA, yang lahir di Yogyakarta tanggal 21 Nopember 1928 ini pendidikan formalnya tidak kurang dari 34 tahun. Tahun 1944 tamat sekolah Madrasah al-Falah Yogyakarta. Setelah di Pondok Termas Pacitan, ia meneruskan ke Madrasah Mubalighin III Muhammadiyah Yogyakarta tahun 1946, di Madrasah Menengah Tinggi Yogya tamat tahun 1952. tahun 1956 meraih gelar sarjana pada perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN). Tugas Azhar Basyir pindah ke Universitas Darul Ulum Mesir hingga mencapai gelar master tahun 1968.
Sepulang dari Timur Tengah tugas persyarikatan telah menghadang. Azhar Basyir dipercaya duduk di Majlis Tarjih PP Mujammadiyah hingga tahun 1985, selanjutnya ia menjabat Wakil Ketua PP Muhammadiyah tahun 1990. muktamar ke 42 di Yogykarta telah memilih KHA. Azhar Basyir, MA. untuk memimpin Muhammadiyah.
Azhar Basyir merupakan sosok perpaduan ulama dan intelektual, oleh karenanya karya ilmiah yang pernah ditulisnyapun banyak dijadikan rujukan dalam kajian ilmiah diberbagai Universitas di Indonesia. Dunia Islam mengakuinya sebagai Ahli Fiqih (OKI) yang memiliki persyaratan ketat.
Jabatan Ketua PP. Muhammadiyah dipikulnya tidak sampai pada akhir masa kepengurusannya, karena pada tanggal 28 Juli 1994 ia berpulang ke Rahmatullah.

12. PROF DR. H.M. AMIEN RAIS, M.A.
PERIODE : 1995 – 2000
Tokoh Reformasi Indonesia ini dilahirkan di Surakarta, 26 April 1944. Setelah pendidikan SD Muhammadiyah 1 Surakarta, SMP dan SMA. Pendidikan tingkat sarjana diselesaikan oleh Amien Rais di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional FISIPOL Universitas Gadjah Mada pada tahun 1968, sementara ia juga menerima gelar Sarjana Muda dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 1969. Pada saat Mahasiswa inilah ia banyak terlibat aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ( Ketua III Dewan Pimpinan Pusat IMM) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) (Ketua Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam HMI Yogyakarta). Studinya dilanjutkan pada tingkat Master dibidang Ilmu Politik di University of Notre Dame, Amerika Serikat dan selesai pada tahun 1974. Dari Uninersitas yang sama ia juga memperolah Certifikate on East European Studies. Sementara itu, gelar doktoralnya diperoleh dari Universitas Chicago, Amerika Serikat pada tahun 1981 dengan disertasinya yang cukup terkenal, yaitu Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Ia juga pernah mengikuti Post Doctoral Program di George Washington Uniersity pada tahun 1986 dan di UCLA pada tahun 1988.
Tugas-tugas intelektualisme pun ia lakukan, baik transformasi keilmuan (mengajar di berbagai universitas) dan juga melakukan kritik atas fenomena sosial yang sedang berlangsung. Kritiknya yang sangat vokal sangat mewarnai opini publik di Indonesia. Sepulangnya dari pendidikan di Amerika, ia terkenal sebagai pakar politik Timur Tengah dan melontarkan Isu Suksesi Keprisidenan, sebuah isu yang janggal pada saat itu karena kepemimpinan orde baru yang sangat kuat. Bahkan Amien Rais yang menggulirkan gagasan tentang Reformasi Politik yang selanjutnya sejarah mencatat bahwa Amien Rais adalah orang terdepan dalam meruntuhkan kebobrokan politik Orde Baru. Setelah tumbangnya Rezim Orde Baru Amien Rais meletakkan jabatan Ketua PP. Muhammadiyah dan mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) yang pada pemilu 1999 menduduki peringkat ke 5 dalam perolehan suara yang dapat menghantarkannya menjadi ketua MPR. Lagi-lagi Amien Rais menggulirkan gagasan Poros Tengah yang mencoba membangun jalan tengah dari dua titik ekstrim dalam kubu politik di Indonesia pasca Pemilu 1999 yang ternyata cukup efektif dalam upaya merajut kembali hubungan Muhammadiyah-NU dengan mencalonkan KH Abdurrohman Wahid sebagai Presiden RI ke 4 dan ternyata berhasil.
Hanya saja sayang KH. Abdurrohman Wahid tidak sampai satu periode telah dilengserkan oleh MPR, dimana Amien Rais sebagai ketua MPR nya.

13. PROF. DR. H.A. SYAFI’I MA’ARIF
PERIODE : 2000 – 2005
Ahmad Syafi’i Ma’arif dilahirkan di Sumpurkudus Sumatera Barat, 31 Mei 1935. Pendidkan formalnya SR Ibtidaiyah tahun 1947, Madrasah Muallimin Lintau Sumatera Barat dan dilanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta tamat tahun 1956. Satu tahun di Fakultas Hukum berhenti karena tidak ada biaya. Ia melanjutkan kuliah setelah ia mendapat pekerjaan. Gelar Sarjana Muda Jurusan Sejarah diperolehnya di Universitas Cokroaminoto tahun 1964 dan gelar sarjananya di perolehnya di IKIP Yogyakarta tahun 1968.
Gelar Master diperoleh dari Departemen Sejarah Ohio State University, Amerika Serikat dan tahun 1993 gelar Doktor diperoleh dari Universitas Chicago AS. Disamping kesibukannya sebagai anggota DPA dan staf pengajar di IKIP Yogyakarta, keterlibatannya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah merupakan sebuah keharusan sejarah. Ketika reformasi di Indonesia sedang bergulir, Amien Rais yang saat itu menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah harus banyak melibatkan diri dalam aktivitas politik di negeri ini untuk menjadi salah satu lokomotif pergerakan dalam menarik gerbong reformasi di Indonesia. Muhammadiyah harus diselamatkan agar tidak terbawa oleh kepentingan-kepentingan jangka pendek. Pada saat itulah ketika Muhammadiyah harus merelakan Amien Rais untuk menjadi pemimpin bangsa, maka Syafi’i Ma’arif menggantikannya sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, setelah ia terpilih dan dikukuhkan sebagai Ketua PP Muhammadiyah melalui sidang Pleno diperluas Muhammadiyah. Ia harus melanjutkan tongkat kepemimpinan Muhammadiyah sampai Muktamar Muhammadiyah ke 44 tahun 2000 di Jakarta.
Dan kita ketahui bersama Muktamar ke 44 tersebut telah memilih kembali Syafi’i Ma’arif sebagai Ketua PP Muhammadiyah hingga kini. Prof. DR. KHA. Syafi’i Ma’arif adalah figur ilmuwan dan agamawan yang rendah hati, sebagaimana kalimat yang disampaikan dalam Pidato Pengukuhan Guru Besarnya di IKIP Yogyakarta.
Sudah 25 tahun terakhir, perhatian terhadap sejarah, filsafat dan agama melebihi perhatian saya terhadap cabang ilmu yang lain. Namun saya sadar sepenuhnya bahwa semakin saya memasuki ketiga wilayah itu semakin tidak ada tepinya. Tidak jarang saya merasa sebagai orang asing di kawasan itu, kawasan yang seakan-akan tanpa batas. Terasalah kekecilan diri ini berhadapan dengan luas dan dalamnya lautan jelajah yang hendak dilayari.

13. PROF DR, H. DIEN SYAMSUDIN
PERIODE 2005 – 2010
Seluruh warga Muhammadiyah seantero Nusantara telah menyelengarakan Muktamar Muhammadiyah ke 45 yang dilaksanakan di Malang Jawa Timur, bertepatan pada hari Ahad s/d Jum’at tanggal 03 s/d 08 Juli 2005. Dimana dari hasil perhelatan pemilihan pimpinan persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan amanah kepada Prof Dr. H. Dien Syamsudin untuk menjadi Nakhoda dalam memimpin persyarikatan Muhammadiyah pada periode 2005 – 2010. Mudah-mudahan Beliau dalam kepemimpinannya dapat mengemban Amanah Warga Muhammadiyah sesuai dengan Matan Keyakinan dan Cita-Cita Muhammadiyah sehingga dapat membawa Masyarakat Utama, Adil dan Makmur yang Diridhoi oleh Allah SWT.
Amin Ya Robbul Alamin
Selamat mengemban amanah persyarikatan muhammadiyah






6 komentar:

  1. Trim tambah ngerti ttg Muhammadiyah...

    BalasHapus
  2. Trim tambah ngerti ttg Muhammadiyah...

    BalasHapus
  3. Mohon maaf...nderek urun rembug : utk tujuan muhammadiyah mungkin saget dilengkapi, slogan IMM : Billahi fie sabililhaq fastabiqul khairat, tujuan : mengusahakan terbentuknya akademisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mewujudkan tujuan muhammadiyah...🙏🙏🙏

    BalasHapus