Kamis, 05 Maret 2009

Sejarah Muhammadiyah Sidoarjo

SEJARAH MUHAMMADIYAH
KABUPATEN SIDOARJO


Rentang panjang perjalanan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam di Indonesia cukup dapat menjadi catatan perjuangan perkembangan dakwah Islam di daerah-daerah. Perkembangan Muhammadiyah yang terjadi di Sidoarjo sampai hari ini memang masih membutuhkan waktu, dalam pelacakan sejarah keberadaannya di daerah-daerah kabupaten Sidoarjo, secara umum memang daerah memiliki catatan perjalanan yang berbeda-beda. Sehingga aturan struktural dan pelembagaan organisasi memiliki istilah yang berbeda dengan lazimnya nama struktural lembaga di organisasi Muhammadiyah. Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Waktu itu ditingkat Kabupaten belum ada istilah Pimpinan Daerah, yang ada adalah Cabang untuk tingkat Kabupaten dan untuk dibawahnya adalah Perwakilan Cabang yang membawahi ranting-ranting. Sebagai cabang waktu itu Muhammadiyah kecamatan Sidoarjo yang membawahi Perwakilan Cabang Muhammadiyah di Kecamatan Porong dengan ranting kecamatan Tanggulangin, Kecamatan Tulangan dan Kecamatan Krembung, Perwakilan Cabang Muhammadiyah di Kecamatan Sepanjang (Taman) dengan ranting Kecamatan Waru dan Kecamatan Sukodono, dan Perwakilan Cabang Muhammadiyah di Krian yang sebalumnya merupakan ranting dari Perwakilan Cabang Sepanjang (Taman), membawahi ranting Kecamatan Balongbendo. Sementara ranting Kecamatan Candi dan ranting Kecamatan Buduran di bawah binaan Cabang Kecamatan Sidoarjo. Kemudian pada akhir tahun 1970an baru muncul istilah Pimpinan Daerah Muhammadiyah dengan ketua Bpk. Ali Machmud dengan sekretaris Bpk. Ali Fikri sebagai manajerialnya yang pertama. Yang kemudian dilanjutkan Bpk. Wahib Qodar, Bpk. Abdul Djalil, Bpk. M, Sokheh, dan sekarang dijabat oleh Bpk. Abubakar Ahmad sebagai ketua PDM Kabupaten Sidoarjo untuk Priode 2000-2005.
Dalam hal ini yang dianggap sebagai awal keberadaan Muhammadiyah di Sidoarjo berawal dari kecamatan Porong, hal ini dapat diketahui dengan munculnya amal usaha Muhammadiyah yang berupa lembaga pendidikan dasar yang waktu itu bernama HIS Muhammadiyah pada tahun 1930an, artinya sebelum tahun berdirinya amal usaha tersebut telah ada beberapa orang yang menjadi prakarsa pendirian lembaga pendidikan tersebut dan tentunya telah lebih dulu mengenal organisasi Muhammadiyah dan kondisi Hizbul Wathan (HW) sebagai organisasi Otonom Muhmmadiyah yang waktu Tahun 1930an itu telah marak dan aktif melakukan kegiatan yang diikuti oleh kecamatan lain di Sidoarjo, seperti HW dari Kecamatan Sepanjang (Taman). Munculnya nama Turhan Badry sebagai Tokoh Masyhur Muhammadiyah yang menjajah daerah-daerah di Sidoarjo dalam penyebaran misi gerakan Muhammadiyah, telah ada di Porong pada jauh sebelum pecahnya Perang Dunia II (1939).
Kemudian yang bisa dianggap sebagai awal keberadaan Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo adalah Muhammadiyah Kecamatan Sepanjang (Taman), hal ini didasarkan pada pengakuan santri KH. Mas Mansur (mantan PP Muhammadiyah tahun ) Bpk. H. Takrip yang masa mudanya mengaji disana, bahwa Muhammadiyah sepanjang telah ada sejak beliau kecil dengan pimpinan Bpk. Marionani. Sebenarnya Muhammadiyah Kecamatan Sidoarjo juga bisa dianggap tua, sebab sebelum kemerdekaan sebenarnya sudah berdiri Muhammadiyah, namun dengan adanya revolusi di Indonesia, orang-orang membubarkan Muhammadiyah dan baru tahun 1949 lahir kembali HW yang diprakarsai oleh pemuda yang bernama Rosad yang kemudian HW ini merajut kembali orang-orang Muhammadiyah yang masih tersisa. Muhammadiyah di Kecamatan krian juga bisa dianggap sebagai Muhammadiyah tertua di kabupatenn Sidoarjo, sebab sebelum diakuinya keberadaan Muhammadiyah Kecamatan Krian yang dirintis oleh Bpk. Abdullah Hadi dari Jogjakarta pada tahun 1937 sebagai konsul PP Muhammadiyah ternyata ada juga yang mengatakan bahwa pada tahun 1924 ternyata PP Muhammdiyah telah mengirim Konsul pertamanya yang bernama Bpk. Daris Amin yang juga dari Jogjakarta untuk berdakwah mengembangkan Muhammadiyah di Krian, namun kelihatannya beliau tidak cukup berhasil melakukan misi tersebut dan terpakasa harus ditarik kembali.
Sampai saat ini memang masih belum dapat dipastikan dimanakah sebenarnya awalkali berdirinya Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo, hal ini memang masih belum selesainya proses pelacakan sejarah Muhammadiyah Kabupaten Sidoarjo dengan Tim yang dipimpin oleh Dr. Syaiful Anam, M.Ag. yang dikarenakan menghadapi benturan dana operasional, namun ada baiknya kita simak beberapa hasil pelacakan sejarah yang sudah dilakukan pada kecamatan-kecamatan yang dianggap sebagai awal munculnya Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo, antara lain:

1. Sejarah Muhammadiyah Kecamatan Porong
Perkembangan Muhammadiyah di Kecamatan Porong berawal dari munculnya tokoh kharismatik yang bernama Turhan Badry pada era sebelum pacahnya Perang Dunia II, beliau sangat dikenal sebagai motor penggerak pengembangan Muhammadiyah melalui ceramah-ceramah dan pengajian serta diskusi jamaah yang terus menerus, sosoknya yang tegas dan lugas dalam memberikan pemahaman ajaran Islam menjadikan orang untuk tertarik bergabung dan ingin mengetahui lebih jauh akan Muhammadiyah yang sebenarnya.
Namun untuk mengetahui tahun berapa awal dari keberadaan munculnya Muhammadiyah di Kecamatan Porong, memang masih belum bisa dipastikan. Sebab untuk melacak orang-orang pendiri HIS (High Indiche School) Muhammadiyah di Kecamatan Porong, yang saat ini tempatnya menjadi pusat perguruan Muhammadiyah telah ada sebelum kehadiran Kyai Turhan Badry (sebelumnya beliau masih aktif jadi penganut NU). Sekitar awal tahun 1930an juga di kecamatan Porong telah menjadi pusat aktifitas kepanduan Hizbul Wathan yang didatangi dari beberapa kecamatan lain di Sidoarjo untuk kegiatan bersama-sama.
Setelah berjalan melewati waktu yang cukup panjang, Muhammadiyah di Kecamatan Porong berhasil membangun amal usaha, diantaranya Pusat Bacaan Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1950an yang kemudian tutup dan sirna, dikarenakan tempat yang dipakai adalah rumah anggota Muhammadiyah bukan bangunan permanen. Saat ini amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah di Kecamatan Porong telah berkembang , dari lembaga ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal), SD, SMP, SMU, SMPLB, dan Gedung Dakwah ‘Aisyiyah. Proses perkembangan ini tidak lepas dari jasa tokoh-tokoh saat itu yang banyak berkorban dalam pengembangan Muhammadiyah. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya Haji Jazuli, Wira’i, dll.
Hal lain yang menjadi kebanggaan dari proses perkembangan Muhammadiyah Porong adalah munculnya Cabang Tanggulangin, Cabang Tulangan, Cabang Krembung, dan tidak terlupakan munculnya kader NU yang beralih ke Muhammadiyah yang bernama Abdurrohim Nur (mantan PWM Jatim setelah Bpk. Anwar Zein) yang juga turut serta membawa kebesaran nama Muhammadiyah Porong.

2. Sejarah Muhammadiyah Kecamatan Sepanjang (Taman)
Muhammadiyah Cabang Sepanjangsaat ini merupakan salah satu Cabang Terpesat perkembangannya, saat ini setidaknya amal usaha yang dimiliki menjadi indikasi konkret terhadap perkembangan tersebut. Mulai dari ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal), SD, SMP, SMU, SMK (SMEA dan STM), Akademi Bidan, dan Rumah Sakit yang cukup besar bangunan dan pasiennya serta tempat Ibadah baik Masjid maupun Mushollah-mushollah. Dengan letak geografis yang berbatasan dengan Surabaya menjadikan amal usaha tersebut memiliki nilai tawar yang cukup signifikan. Proses perkembangan amal usaha ini dimulai dari SD Muhammadiyah yang merupakan wakaf dari Haji Mohammad Isa Attamimi, termasuk Poliklinik yang saat ini menjadi Rumah Sakit “Siti Khotijah” awalnya adalah gudang Garam yang dibelinya yang berada di depan rumahnya. Dan kemudian dari sini amal usaha lainya muncul dibangun seiring dengan perkembangan ranting-ranting di Sepanjang.
Entah kapan sebenarnya mulai adanya Muhammadiyah di Kecamatan Sepanjang, namun dalam catatan ingatan para tokoh tua Muhammadiyah yang menjadi pelaku sejarah saaat ini, dapat diungkap bahwa sebelum munculnya tokoh-tokoh seperti Haji Ridwan, Haji Dahlan dan Haji Mohammad Isa Attamimi yang berperan mengembangkan Muhammadiyah, sebelum itu sudah ada bebrapa nama tokoh yang menjadi tokoh pimpinan penggerak Munculnya Muhammadiyah di Sepanjang, nama-nama tersebut antara lain yang pertama Bpk. Marionani, Bpk. Broto dan Haji Manan. Yang pada waktu itu telah berhasil mendirikan Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar Muhammadiyah dengan memakai rumah sebagai tempat aktifitas belajar mengajar, yang kemudian pada akhirnya bubar. Hal lain yang menarik dari awal perkembangan adalah pelaksannan Sholat Ied di tanah lapang pada masa penjajahan Belanda.
Nama-nama lain yang juga sangat berjasa dalam perjalanan perkembangan Muhammadiyah di Sepanjang adalah Abdurrahman Karaman, Amin Salhab, Alwi Thalib, dan satu-satunya nama pelaku sejarah yang sampai hari ini masih menjadi aktifis dakwah Muhammadiyah adalah Bpk. H. Takrip, beliau adalah ketua HW pertama Sepanjang pada Tahun 1931 dan selanjutnya sebagi ketua Pemuda Muhammadiyah, yang dulunya aktif ngaji pada Kyai Jasim, KH. Mas Mansur dan Kyai Bahri di Surabaya. Jabatan terahir yang pegang oleh Pria kelahiran tahun 1916 ini adalah ketua majelis Tabligh Cabang Sepanjang pada era sebelum Revolusi (kemerdekaan).

3. Sejarah Muhammadiyah Kecamatan Sidoarjo
Organisasi Muhammadiyah sebenarnya sudah berdiri di Kabupaten Sidoarjo sebelum terjadinya revolusi. Pada saat itu dirintis oleh Bapak Abdul Jalil dengan beberapa anggota yang sebagian besar dari kalangan pegawai, seperti guru-guru. Karena tergilas arus revolusi, banyak pegawai yang dimutasi ke luar daerah serta para guru yang berfaham Muhammadiyah banyak yang terjaring wajib militer. Keadaan seperti itu menyebabkan di Sidoarjo akhirnya kehilangan orang-orang Muhammadiyah. Dengan demikian tidak tampak lagi adanya organisasi Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo.
Setelah revolusi sekitar tahun 1951 muncullah generasi baru yaitu Bapak Rosat yang pada saat itu berusia 20 tahun berkeinginan mendirikan Muhammadiyah.
Adapun hal-hal yang melatar belakangi cita-cita didirikan Muhammadiyah di Kabupaten Sidoarjo antara lain :
1. Keprihatinan terhadap keadaan masyarakat Islam saat itu yang masih banyak di warnai budaya agama Hindu.
2. Berusaha memberantas Takhayul, Bid’ah dan Khurafat.
3. Melalui organisasi diharapkan dapat memberikan amal usaha yang lebih baik.
Melihat keadaan tersebut muncullah keinginan untuk mengadakan pembaharuan melalui wadah organisasi. Akhirnya Bapak Rosat berusaha menghubungi beberapa orang yang dianggap dapat diajak bekerja sama untuk mewujudkan cita-citanya tersebut antara lain, H. Ismail Fauzi, H. Yahya Mustahal (alm), Mustofa Anwar (alm), Anwar Yasin, Suut Tahlan dan Anwar Rauli. Bersama orang-orang tersebut diatas Bapak Rosat menyampaikan gagasannya. Sebagian diantara mereka tidak menghendaki dengan alasan dikhawatirkan terjadi gejolak di masyarakat terutama masyarakat yang fanatik terhadap tradisinya.
Namun demikian Bapak Rosat tetap bersikeras melaksanakan keinginannya, tetapi bukan menggerakkan Muhammadiyah melainkan mendirikan Hizbul Wathan ( Kepanduan ) yang tetap bercirikan Muhammadiyah. Melalui gerakan ini diupayakan dapat mencetak kader yang memahami gerakan Muhammadiyah.
Dalam waktu yang relarif singkat Hizbul Wathan mengalami kesuksesan luar biasa. Maraknya kegiatan dalam Hizbul Wathan mendorong kembali niat Bapak Rosat untuk segera mendirikan Muhammadiyah. Segera beliau menemui orang-orang yang dianggap sefaham diantaranya Bapak Aman ( Gedangan ) Ketua PPP Masyumi, Bapak Masyhur ( Sidoarjo ), Bapak Mahhi ( Sidoarjo ) dan beberapa orang yang simpatik dengan Hizbul Wathan.
Pertemuan tersebut kemudian ditindak lanjuti dengan mengadakan rapat pertama di rumah Bapak Rosat di Jetis Gg. II Sidoarjo. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan Muhammadiyah dengan susunan kepengurusan :
Penasehat : Aman
Ketua : Rosat
Sekretaris : Zuani Mustahal
Bendahara : Mahhi
Imam Mufdi
Anggota : 1. Abu Bakar Syukur
2. H. Juaini
3. H. Yatiman
Dengan demikian Muhammadiyah mulai bergerak mencari anggota dengan cara silaturrahmi dari satu rumah ke rumah yang lain. Usaha tersebut ternyata kurang menghasilkan karena banyak masyarakat yang enggan menjadi anggota resmi tetapi hanya menyatakan sebagai simpatisan, hanya orang – orang yang ada dalam kepengurusan itulah yang berusaha merintis amalan diantaranya melaksakan shalat Idul Fitri di lapangan. Sholat Idul Fitri di lapangan tersebut pertama kali dilaksanakan di jalan Kartini Sidoarjo yang diikuti oleh kurang lebih 200 jama’ah. Selain itu juga sempat didirikan Sekolah Dasar di Jetis Sidoarjo yang hanya satu periode pelulusan, dan selanjutnya bubar karena belum ada dukungan dari masyarakat.
Setelah tahun 1955 terjadi perubahan kepengurusan.kepengurusan selanjutnya berusaha mencari simpati untuk mengembangkan amal usaha Muhammadiyah sehingga Muhammadiyah sekarang jauh lebih berkembang.

4. Sejarah Muhammadiyah Kecamatan Krian
Sejarah awal berdirinya Muhammadiyah Krian dipengaruhi oleh pandatang dari Jogjakarta, keberadaan orang-orang tersebut dengan gigihnya berusaha menyebarkan misi gerakan Muhammadiyah. Sebagaimana datangnya tokoh yang bernama Abdullah Hadi dari Jogjakarta pada tahun 1937, telah memiliki andil besar dalam proses perkembangan Muhamadiyah di Krian. Bersama dengan Jamari yang merupakan tokoh muda awal dari Krian, tokoh tua pegawai kecamatan Bpk Soewandi, lalu Ki Dharmo Sardono dan Asnawi sebagai tokoh HW pertama serta Bpk. Toha Amin. Dimana para Tokoh-tokoh ini dalam penyiran Muhammadiyah masih dengan sembuyi-sembunyi, karena masih sedikit. Pada awalnya Muhamadiyah Krian sebenarnya pernah eksis pada era sebelum kemerdekaan, dengan memiliki SMP Muhammadiyah. Bpk Abdullah Hadi adalah salah satu guru yang cukup dikenal keras (streng), salah satu orang besar yang pernah menjadi anak didik dari SMP Muhammadiyah yang ahirnya bubar ini adalah Soenandar Soeryo Soedarmo (mantan Gubernur Jatim).
Dalam proses pengembangan Muhammadiyah, prinsip yang dibangun adalah bukan berdirinya Muhammadiyah secara kelembagaan namun yang terpenting adalah misi ajaran Muhammadiyah dapat diterima oleh kalangan islam waktu itu, sehingga pada setiap lembaga Islam yang ada di Krian diharapkan bisa masuk orang Muhammadiyah atau orang Muhammadiyah harus dimana-mana agar bisa melakukan dakwah tentang misi tersebut. Termasuk ikut menjadi guru di SMP dan SMA Al-Islam yang bukan milik Muhammadiyah, tapi milik semua umat Islam di Krian yang merupakan bagian dari Balai Muslimin. Baru setelah berhasil, Bpk, Sri Sumiarto salah satu tokoh dari Solo yang datang di Krian pada tahun 1959, dengan Bpk. Dimyati Masud mendirikan SMEA PEMUDA, yang awalnya jadi satu gedung dengan Al-Islam. Pada tahun 1971.
Tokoh lain yang tersisa adalah H. Iskandar dan Bpk. Aslam (lahir 14 agustus 1928) dari Jogjakarta yang masuk krian 1 januari 1975, dan tahun 1985 sebagai ketua PCM,

5. Sejarah Pimpinan Cabang Muhamadiyah Buduran
Muhammadiyah sudah dikenal masyarakat Buduran lebih kurang 29 (Dua Puluh Sembilan) tahun yang lalu, yang bertepatan dengan tahun 1975. Yang membawa dan memperkenalkan Muhammadiyah di Buduran adalah H. Acoem Ismail, dengan kegigihan dan tidak ada rasa surut maka lambat laun Muhammadiyah-pun semakin dikenal oleh warga Buduran. Kalau dilihat lamanya ibarat orang sudah menginjak dewasa yang secara pasti akan melakukan gerakan-gerakan yang dapat memberikan suatu kontribusi kepercayaan diri baik di bidang keagamaan, bidang social, bidang pendidikan dan bidang-bidang yang lainnya. Muhammadiyah masuk di buduran tepatnya di desa Dukuh Tengah dan Damarsi.
Sudah lamanya Muhammadiyah ini dikenal oleh warga buduran akan tetapi baru awal tahun 2003 Pimpinan Cabang Muhammadiyah Buduran diresmikan dan dilantik, karena memang pada waktu itu kondisi masyarakat di buduran masih belum bisa menerima kehadiran Muhammadiyah karena dianggap oleh mereka asing dan bertentangan dengan Agama Islam. Dengan mendapat tentangan dari masyarakat di Buduran itu tidak membuat warga Muhamamdiyah surut dalam melakukan kegiatan-kegiatan, akan tetapi lebih aktif dengan mengadakan Pengajian secara sembunyi-sembunyi yaitu dari rumah kerumah guna memperdalam pengetahuan tentang agama Islam sehingga semakin lama warga Muhamamdiyah semakin bertambah yang beriringan dengan perubahan waktu. Respon pemerintah dengan kehadiran Muhammadiyah pada saat itu kurang mendapat perhatian dan simpati akan tetapi lama kelamaan ada rasa simpati karena pada waktu itu tampak hasilnya dari kegiatan sosial yang dilakukan yaitu dengan melakukan penyembelihan hewan Qurban pada Idul Adha dan kegiatan sosial yang lainnya, akan tetapi lain dengan tanggapan masyarakat, mereka acuh tak acuh, tidak peduli dan kurang tertarik dengan kegiatan yang dilakukan Muhammadiyah karena dianggap tidak benar.
Untuk perkembangan Muhammadiyah waktu ke waktu dari segi keanggotaan semakin bertambah, karena pada waktu Muhammadiyah Masuk di Buduran H. Acoem Ismail itu hanya bersama dengan 4 orang pengurus, kemudian berkembang kepada istri dan anak-anaknya dari tetangga-ketetangga akhirnya lebih kurang tahun 1998 berdirilah ranting Muhammadiyah yang pengurusnya ada 2 desa yaitu Dukuh tengah dan Damarsi yang masih belum resmi untuk dilantik.
Di bidang kelembagaan hanya bidang Da’wah saja yang berjalan terutama pengajian-pengajian rutin karena di bidang pendidikan masih belum ada. Untuk Amal Usaha yang ada di Buduran adalah Amal Usaha di bidang da’wah dan keagamaan yaitu terdiri dari :
- Satu Masjid di Sawohan
- Mushollah di Wadung Asih
- Mushollah di ranting Dukuh Tengah dan Damarsi
- Masjid di Wadung Asih sebagai pengurus adalah warga Muhammadiyah, akan tetapi sekarang ada polemik karena mayoritas warga Wadung Asih adalah NU dan tidak ingin Masjid itu dibawah pengurus Muhammadiyah dan di Me-Muhammadiyah-kan sehingga ada keinginan untuk merebutnya.
Berkembangnya amal usaha Muhammadiyah itu karena ada kerja sama yang baik antara pengurus dan anggota, selain daripada itu dana dari para donatur tetap digunakan untuk membiayai sekolah bagi anak yatim putra warga Muhammadiyah.
Untuk kepengurusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Buduran periode 2000-2005 adalah :
Ketua : Sa’rozi Khumaidi
Anggota : Sodikun S.Sos.
Ir. H. Prabowo
Romadhon
H. Fathul Jamil
H. Edy Sutrisno SH
H. Mawardi
H. Harikwid Yunar
Munir
Yunis
Fathurrochman.

6. Sejarah Pimpinan Cabang Muhamadiyah Sukodono
Awal berdirinya Muhammadiyah di Kecamatan Sukodono di latar belakangi dengan adanya kevakuman atau kemandekan di mana pola berfikir mereka tidak adanya suatu perubahan di bidang keagamaan untuk kemurnian agama Islam sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits, dalam artian mereka selalu berfikir seperti yang diwariskan oleh nenek moyang mereka yaitu mengakui dengan adanya kekuatan selain Allah, bisa dikata Kemusyrikan. Tidak terlepas dari kemusyrikan, bid’ah, khurafat juga menjadi anutan mereka dan menjadikan suatu ritual keagamaan yang patut untuk dilestarikan dan dikembangkan.
Mengingat tujuan awal dari berdirinya Muhammadiyah tidak lain adalah menghilangkan penyakit TBC (Tahayul, Bid’ah dan Khurafat), maka berangkat dari situ akhirnya ada salah seorang kader Muhammadiyah dan juga sebagai motor penggerak Muhammadiyah beliau yang pertama kali mengenalkan Muhammadiyah di Kecamaatn Sukodono, yaitu Bapak H. Ngadi Siswoyo pada tahun 1971.
H. Ngadi Siswoyo dalam mengenalkan Muhammadiyah tidak secara langsung serentak di seluruh desa / dusun se- kecamatan Sukodono, melainkan pertama kali beliau mengenalkan Muhammadiyah adalah di Desa Panjunan. Beliau di dalam mengembangkan Muhammadiyah, pertama kali yang di lakukan adalah pengajian dari rumah-ke rumah tanpa ada rasa lelah, sehingga beriringan dengan berputarnya waktu dari hari-kehari, bulan-kebulan bahkan sampai tahun-ketahun yang mengikuti jejak beliau (Muhammadiyah) terjadi suatu peningkatan, tapi perlu diingat peningkatan ini tidak dilakukan dengan mulus sebaliknya terjadi gejolak sosial di masyarakat, sampai-sampai warga yang mengikuti jejak beliau (Muhammadiyah) pada waktu itu merasa ketakutan dan terancam baik harta maupun jiwanya. Gejolak sosial yang sampai parah itu tidak melunturkan semangat untuk berhenti sampai disitu, sebaliknya akan lebih pro aktif untuk tetap mengajak warga yaitu dengan melalui istri dan anaknya serta tetangga sekitarnya. Memang pada saat itu ada kelompok pemuda yang sangat menentang keberadaan Muhammadiyah, sampai berani melakukan tindakan yang anarkhis, mungkin ada hidayah atau petunjuk dari Allah sehingga ada salah satu kelompok pemuda yang juga di takuti oleh seluruh kelompok pemuda yang ada di Sukodono telah ikut dan larut dalam pengajian yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah. Beranjak dari situ akhirnya Muhammadiyah sudah sedikit berani untuk melakukan Da’wah secara terang-terangan.
Dan menjadikan suatu catatan tersendiri bagi warga Sukodono terhadap gerak langkah yang dilakukan Muhammadiyah dalam melakukan Da’wah baik di bidang keagamaan, sosial dan kemasyarakatan yang tidak lain adalah melakukan Khitanan Masal dan menyekolahkan orang miskin, sebab itu yang pertama kali dilakukan di Sukodono. Beriringan dengan perubahan waktu pula akhirnya Muhammadiyah mendapat simpati dari Pemerintah Desa dan mendukung gerak langkah yang di lakukan oleh Muhammadiyah.
Untuk perkembangan Muhammadiyah baik dari segi keanggotaan maupun kepengurusan terjadi suatu perubahan secara signifikan, karena sampai sekarang periode 2000-2005 ada 18 (delapan belas) ranting, tetapi untuk sementara 8 (delapan) ranting yang secara resmi berdiri dan dilantik diantaranya :
1. PRM Panjunan
2. PRM Masangan Kulon
3. PRM Sukodono
4. PRM Klopo Sepuluh
5. PRM Sambung Rejo
6. PRM Ngares Rejo
7. PRM Jogo Satru
8. PRM Jumput Rejo
Melihat perkembangan itu maka secara otomatis perkembangan Amal Usaha yang ada di Sukodono juga mengikuti, maka gerak Muhammadiyah sebagai lembaga Da’wah juga meningkat. Adapun perkembangan Amal Usaha di bidang da’wah dan Sosial yang ada di sukodono antara lain :
a. Masjid Al Kautsar di Sambung Rejo
b. Panti Asuhan di Sambung Rejo
c. Masjid AT Toyibah di Saimbang dan
d. Ada sekitar 5 (lima) Mushollah Muhammadiyah yang tersebar dan beberapa ranting diantaranya Ranting Jumput Rejo, Panjunan, Ngares rejo, Balong dan Masangan Kulon.
Sedang untuk amal usaha di bidang pendidikan masih belum ada. Untuk kepengurusan Persyarikatan Muhammadiyah periode 2000-2005, antara lain :
Ketua : Hanafi
Wakil Ketua : Syukur
Sekretaris : Sueb
Bendahara : Yahya
Wk. Bendahara : H. Sya’roni
Majelis Tabligh : Mashudi
Mas’ud
Majelis Waqaf : Bambang
Ngadi
Koordinasi Ranting : Khodiran
MPKSI : Pujianto


Lembaga DIKDASMEN PDM Sidoarjo
Pada lingkup SD – SLTP – SMU

PCM Sidoarjo
SD Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Jl. Raden Patah 91 F Sidoarjo
SD Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Jl Jetis 28 Sidoarjo
SLTP Muhammadiyah 1 Sidoarjo, Jl. KH Samanhudi 81 Sidoarjo
SMU Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Jl. Mojopahit 666 B Sidoarjo

PCM Sepanjang
SD Muhammadiyah 1 Taman, Jl. Raya Bebekan Taman, Sidoarjo
SD Muhammadiyah 2 Taman, Jl. Raya Bebekan Taman, Sidoarjo
MI Muhammadiyah , Ds. Sambiroto Taman, Sidoarjo.
SLTP Muhammadiyah 2 Sepanjang, Jl. Blk. Pasar Lama 195 Sepanjang, Sidoarjo
MTs Muhammadiyah 1 Sepanjang, Gg. Masjid Sambiroto Sepanjang, Sidoarjo
SMU Muhammadiyah 1, Jl Raya Ketegan Sepanjang, Sidoarjo
SMK Muhammadiyah 1, Jl. Blk. Pasar Lama 195 Sepanjang, Sidoarjo
SMK Muhammadiyah 2, Jl. Raya Sawunggaling 121 Jemundo, Sidoarjo.

PCM Tanggulangin
SD Muhammadiyah 9 Ngaban, Ds. Ngaban Tanggulangin, Sidoarjo.
MI Muhammadiyah Kedung Banteng Tanggulangin, Sidoarjo.
MI Muhammadiyah Penatarsewu, Ds. Penatarsewu Tanggulangin, Sidoarjo.
SLTP Muhammadiyah 8, Jl. Raya Ngaban Tanggulangin, Sidoarjo.

PCM Porong
SD Muhammadiyah Porong, Jl. KH. Marzuki Porong, Sidoarjo.
SLTP Muhammadiyah 4 Porong, Jl. KH. Marzuki Porong, Sidoarjo.
SMU Muhammadiyah 4 Porong, Jl. KH. Marzuki Porong, Sidoarjo.

PCM Tulangan
SD Muhammadiyah Tulangan, Jl. Raya Kenongo Tulangan, Sidoarjo.
SLTP Muhammadiyah 5 Tulangan, Jl. Raya Kenongo Tulangan, Sidoarjo.
SMU Muhammadiyah 3 Tulangan, Jl. Raya Kenongo Tulangan, Sidoarjo.

PCM Balong Bendo
SD Muhammadiyah Balong Bendo, Ds. Bakung Temenggungan, Sidoarjo.

PCM Krian
SD Muhammadiyah Krian, Jl. Ki Hajar Dewantara Krian, Sidoarjo.
SLTP Muhammadiyah 4 Krian, Jl. Raya Kemasan Krian, Sidoarjo.
SMK Pemuda Krian, Jl. Raya Kemasan Krian, Sidoarjo.

PCM Waru
SD. Muhammadiyah 1 Waru, Jl. Kolonel Sugiono 105 Waru, Sidoarjo.
SD Muhammadiyah 2 Waru, Jl. S. Parman III/5 Waru, Sidoarjo.
SLTP Muhammadiyah 3 Waru, Jl. Kolonel Sugiono 105 Waru, Sidoarjo.


Amal Usaha Secara Keseluruhan di Muhammadiyah Sidoarjo

Nama Amal Usaha, Jumlah
PG/TK “ABA” 28 Buah
SD/MI/SLB 16 Buah
SLTP/SLTPLB12 Buah
SMU/SMK7 Buah
PT/AKADEMI2 Buah
PANTI ASUHAN3 Buah
RS/RB/POLIKLINIK7 Buah

2 komentar:

  1. PRM Jumputrejo alamatnya dimana ya?

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, mdh2an menambah pengetahuan tentang sejarah Muhammadiyah di Sidoarjo.

    BalasHapus